Para pemain Timnas Norwegia yang menggunakan kaus putih bertuliskan Human Rights. Sumber foto: newsdeal.in


Norwegia yang memulai perjalanannya di lanjutan pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2022 dengan sangat berani. Erling Haaland dkk bahkan berani menyerukan protes ke tuan rumah Qatar yang notabenenya memang akan diselenggarakannya event terbesar sepak bola.


Norwegia yang saat itu bertandang ke markas Gibraltar di matchday pertama Grup A. Pada duel yang saat itu berlangsung di Stadion Victoria, pada hari Kamis (25/3/2021) dini hari WIB, Norwegia pun pulang dengan membawa kemenangan menyakinkan 3-0.


Gol-gol atas Norwegia yang berhasil dicetak oleh Alexander Sorloth (43'), Kristian Thorstvedt (45'), dan Jonas Svensson (57'). Hasil ini untuk sementara membuat posisis Norwegia berhasil memimpin puncak klasemen karena mereka masih unggul selisih gol, yang diikuti oleh Turki yang sukses mengalahkan Belanda, dan disusul oleh Montenegro.


Sorotan pada laga ini bukan cuma hasil pertandingan yang dihasilkan Haaland dkk, namun juga masalah aksi protes Norwegia saat merekam memasuki lapangan. Seluruh pemain besutan Stale Solbakken yang saat itu mengenakan kaos putih bertuliskan "Human rights on and off the pitch".


Hal itu langsung menjurus ke negara Qatar yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Qatar sejak ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia bahkan mendatangkan banyak para pekerja dari negara Asia Selatan untuk membangun stadion sebagai pelengkapan gelaran Piala Dunia.


Mirisnya, terhitung sejak tahun 2011 ada sekitar 6.500 pekerja yang telah meninggal dunia. Berdasarkan dokumen dari otoritas negara Qatar dan pihak-pihak kedutaan, yang dihimpun The Guardian, ada sekitar 5.927 migran meninggal asal India, Bangladesh, Nepal, dan Sri Lanka selama 2011-20, ditambah dengan 824 korban jiwa dari negara Pakistan antara tahun 2010-20.


Ahli analisa bahkan hingga kini masih khawatir dengan jumlah korban yang tewas secara signifikan lebih tinggi, karena angka resmi tidak termasuk angka kematian dari Kenya dan Filipina, yang juga telah mengirim pekerjanya dengan jumlah yang cukup besar.


Lima klub sepakbola asal Norwegia di liga Eliteserien juga sudah bergabung dengan sama-sama meneriakkan seruan boikot setelah adanya laporan dari Guardian.


"Kata dialog sangat kabur dan sangat pengecut. Harus ada tekanan. Tindakan langsung harus diambil segera untuk membuat segalanya lebih baik," kata Solbakken kepada penyiar TV2 Norwegia, beberapa hari sebelum Timnas berlaga melawan Gibraltar.


"Ini adalah tentang bagaimana memberi tekanan pada FIFA (badan sepakbola) untuk segera menjadi lebih tegas dengan pihak berwenang yang ada di Qatar, untuk segera memberlakukan persyaratan yang lebih ketat," tegasnya.


Martin Odegaard, yang saat itu menjadi kapten Norwegia, menegaskan bahwa aksi yang dibuat murni dari rasa empati para pemain kepada para pekerja yang ada disana.


"Saya mendapat kesan bahwa banyak (pemain) tertarik dengan ini, peduli dan ingin melakukan sesuatu untuk mencoba dan langsung berkontribusi dengan cara yang baik," kata Odegaard, yang kini bermain untuk Arsenal.


Para pekerja imigran tercatat banyak yang meninggal dikarenakan sebab alamiah. Biasanya hal itu langsung mengarah pada dugaan cardiac arrest atau gagal jantung, istilah umum yang masih belum dapat di jelas kan alasan spesifik kematian tersebut. Di satu sisi, kebanyakan angkatan kerja yang pada waktu direkrut untuk bekerja di sektor konstruksi Qatar mereka bahkan sudah lolos uji kesehatan dan usianya juga masih relatif muda.


Guardian sudah mengkritik bagaimana "sindrom mati mendadak" di kalangan para pekerja migran ini tidak diusut dengan serius oleh pemerintah, padahal jumlah kasusnya sangat besar. Hukum di Qatar juga telah melarang tindakan otopsi kecuali terdapat dugaan unsur kriminal atau almarhum tercatat punya riwayat sakit, hal ini yang akhirnya membuat pihak dari keluarga pekerja sangat curiga adanya unsur eksploitasi.

Situs Bolatangkas Online | Agen Bolatangkas Online | Judi Bolatangkas Terpercaya