Ilustrasi, sumber foto: Reuters/Lim Hue Teng

SGP TANGKASPemerintah Malaysia sedang mempertimbangkan untuk mencampur dua vaksin berbeda untuk meningkatkan kemanjuran vaksin melawan varian COVID-19 yang terus berkembang. Demikian disampaikan Menteri Ilmu Pengetahuan Khairy Jamaluddin, Rabu (16/6/2021).

Khairy, yang juga koordinator Program Imunisasi Nasional (NIP), mengatakan pihak berwenang telah melihat data Jerman mengenai vaksinasi heterolog, yang menggunakan vaksin AstraZeneca untuk dosis pertama dan kemudian Pfizer-BioNTech untuk dosis kedua.

Vaksinasi heterolog adalah metode menggunakan dua vaksin berbeda untuk meningkatkan kemanjuran terhadap berbagai varian COVID-19. Sejauh ini, kata Khairy, data menunjukkan metode tersebut efektif meningkatkan antibodi penetralisir terhadap virus corona.

“Kami sangat memperhatikan ini. Kami tidak ingin membuat keputusan cepat tentang ini sebelum kami mendapatkan lebih banyak data," kata Khairy dalam webinar, seperti dilansir The Straits Times.

Pertimbangan vaksinasi heterolog tergantung pada penilaian tim teknis

Berdasarkan data dari Jerman, Khairy mengatakan Malaysia kemungkinan besar akan menerapkan vaksinasi heterolog. Namun, pertimbangan pelaksanaannya akan ditentukan oleh tim teknis di bawah otoritas Khairy.

“Data vaksinasi heterolog sudah sampai. Setelah kelompok teknis selesai (penelitian dan pengujian), saya akan menyerahkannya kepada panitia yang saya pimpin bersama Menteri Kesehatan. Nanti akan kami implementasikan," ujarnya.

“Saat menghadapi masalah vaksin, bisa (menghadapinya) dengan mencampurnya agar efektivitas vaksin tetap terjaga,” lanjutnya.


Malaysia berencana memperpendek interval vaksinasi 

Belakangan, Khairy juga mempertimbangkan untuk memperpendek interval pemberian dosis AstraZeneca. Namun, Malaysia saat ini menghadapi keterbatasan pasokan vaksin.

Interval dosis vaksin produksi Inggris-Swedia saat ini adalah 12 minggu.

"Beberapa pasokan AstraZeneca dari Covax tertunda, dan beberapa pasokan dari Thailand juga sedikit tertunda. Jadi, kami menghitung ulang jadwal pengiriman kami sekarang untuk melihat apakah kami dapat mempersingkat periode interval untuk AstraZeneca," katanya.


Khairy mengingatkan pemerintah untuk tidak menggunakan istilah herd immunity lagi

Selain itu, Khairy juga mengimbau pemerintah tidak lagi menggunakan istilah herd immunity. Sebab, kata Khairy, corona akan mewabah di negara tetangga.

"Saya sudah berhenti menggunakan istilah (herd immunity)," katanya.

"Saya sudah berpesan kepada Perdana Menteri untuk berhati-hati dalam menggunakan istilah herd immunity, karena pandangan saya sebagai menteri koordinator, melihat data dan sains, ini sangat mungkin endemik. Kita mungkin melihat COVID-19 dalam bentuk yang tidak terlalu mengancam, tapi akan tetap bersama untuk beberapa waktu," tutupnya.