Hingga kini, usia, jenis kelamin, dan komorbiditas telah dianggap sebagai penentu perkembangan penyakit COVID-19. Saat ini, faktor tak terduga tampaknya akan memengaruhi kerentanan terhadap COVID-19, menurut dua penelitian terbaru, yaitu golongan darah.

Dalam kedua penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Blood Advances pekan lalu, para peneliti telah menyebutkan bahwa orang dengan golongan darah O bisa lebih kuat terhadap penyakit tersebut dibandingkan dengan orang golongan darah yang lain.

Walaupun hasil dari kedua makalah penelitian tersebut sama, akan tetapi terdapat beberapa perbedaan yang perlu diperhatikan. Studi Denmark menyebutkan bahwa lebih banyak orang positif COVID-19 yang memiliki golongan darah A, B dan AB, sedangkan lebih sedikit orang dengan golongan darah O yang telah dinyatakan positif terinfeksi virus corona.

"Temuan kami tentang perlindungan relatif serupa oleh golongan darah O pada individu muda, petugas kesehatan, dan individu tanpa penyakit kardiovaskular terdaftar menunjukkan bahwa hubungan antara golongan darah non-O dan komorbiditas tidak menjelaskan perlindungan nyata yang dialami oleh individu kelompok O," tulis studi itu, dikutip dari Medical Daily.

Sementara itu, penelitian di Kanada menunjukkan bahwa, sama dengan golongan darah O, bahkan golongan darah B tampaknya telah memberikan kekebalan terhadap virus corona baru dan komplikasinya. Menurut penelitian, terdapat lebih banyak orang dengan tipe A dan AB yang membutuhkan perawatan, terutama apabila dibandingkan dengan golongan darah O atau B.


"Lebih banyak orang dalam kategori sebelumnya juga menjalani perawatan di unit perawatan intensif (ICU) dengan ventilator untuk potensi kerusakan paru-paru dan dialisis untuk kerusakan ginjal," tulis studi tersebut.

Kesimpulan dari penelitian itu adalah, orang yang termasuk golongan darah A dan AB harus membutuhkan lebih banyak perhatian medis. Dari golongan darah A dan AB, ada sekitar 84 persen yang membutuhkan ventilator untuk membantu mereka bernapas dibandingkan dengan golongan darah O dan B, 61 persen membutuhkan hal yang sama. 

Di antara pasien A dan AB, terdapat sekitar 32 persen yang membutuhkan dialisis, pengobatan yang mendukung fungsi ginjal ketika gagal ginjal serta tidak banyak pasien dengan golongan darah O dan B yang membutuhkan dialisis ini sendiri.

"Bagian unik dari penelitian kami adalah fokus kami pada efek keparahan golongan darah pada COVID-19. Kami mengamati kerusakan paru-paru dan ginjal ini, dan dalam penelitian selanjutnya, kami ingin mengetahui efek golongan darah dan COVID-19 pada organ vital lainnya," ucap Mypinder S. Sekhon, MD, dari University of British Columbia, mengatakan dalam rilis persnya.

Kebalikannya, studi lain yang diterbitkan dalam Annals of Hematology pada Juli ini menyebutkan, untuk tingkat keparahan penyakit tidak dapat diprediksi dari golongan darah.

"Kami menunjukkan melalui studi multi-institusional bahwa tidak ada alasan untuk percaya menjadi golongan darah ABO tertentu akan menyebabkan peningkatan keparahan penyakit, yang kami definisikan sebagai memerlukan intubasi atau menyebabkan kematian,” Anahita Dua, asisten profesor bedah di Massachusetts Rumah Sakit Umum dan penulis senior, menyebutkan dalam rilis berita.